Dari Tugas Kuliah, Pria Ini Buat Inkubator yang Bisa Dilipat









Bermula dari sebuah tugas kuliah, James Roberts justru sukses mendapatkan penghargaan tingkat dunia karena menemukan alat yang bermanfaat bagi para bayi prematur di negara dunia ketiga. Ia membuat inkubator yang bisa dilipat.

"Awalnya ini hanyalah tugas kuliah. Tapi karena asyik mengerjakannya, saya pun terobsesi untuk menjadikannya benar-benar bermanfaat," kata Roberts.

Roberts mengaku ia terinspiransi untuk membuat inkubator setelah menonton film dokumenter tentang Syria. Hati Roberts tergerak untuk berbuat sesuatu ketika melihat bayi-bayi di sana banyak yang mati sia-sia karena tak mendapatkan layanan kesehatan yang memadai akibat tengah dirundung konflik.

Ketika Roberts mengerjakan inkubator itu, ia masih berkuliah di Loughborough University, Inggris. Di sela-sela jadwal kuliahnya, Roberts sanggup menghabiskan waktu hingga 18 jam sehari untuk mengerjakannya. Bahkan pria berumur 23 tahun itu rela menjual mobil kesayangannya untuk membiayai pembuatan purwarupa inkubator tersebut.

Untuk menunjang proses itu, Roberts pun melakukan riset mandiri dengan berkonsultasi kepada sejumlah bidan. Hal ini ia lakukan demi mengetahui apa saja yang dibutuhkan seorang bayi prematur. Sembilan bulan kemudian, purwarupa ini selesai, dan Roberts memberinya nama 'MOM incubator'.

Sekilas inkubator ciptaan Roberts ini tak ada bedanya dengan inkubator biasa. Karena ditujukan untuk memfasilitasi bayi-bayi di daerah terpencil atau jauh dari layanan kesehatan, inkubator ini pun dibuat sepraktis mungkin.

Yang mengejutkan karena inkubator ini dapat dilipat dan ditiup seperti balon sebelum digunakan. Di bagian tengah inkubator ini terdapat lembaran plastik yang berisi panel transparan yang dapat ditiup secara manual. Setelah mengembang, panel ini dapat dipanaskan dengan elemen keramik yang ada di dalamnya. Bagian inilah yang nantinya dipakai untuk meletakkan bayi prematur agar tetap merasakan kehangatan




"Kalaupun dibuka, ini tak akan ambruk mengenai si bayi. Bentuknya tetap mengembang seperti ini," jelas Roberts seperti dikutip dari BBC, Jumat (7/11/2014).

Untuk menjaga agar suhu dalam inkubator stabil, Roberts juga memasangkan komputer Arduino ke inkubator ini. Komputer ini pun berfungsi mengendalikan tingkat kelembaban di dalam mesin. Bahkan alat ini juga dapat dipakai sebagai terapi untuk bayi kuning.

Roberts menjamin alat ini sangat berguna di daerah terpencil karena komponen-komponen listriknya didesain agar membutuhkan energi sesedikit mungkin. Bila tak ada listrik, AKI mobil pun dapat dipakai untuk menunjang kinerja inkubator ini selama 24 jam lebih.

Kalau ada komponen yang rusak, Roberts juga mengatakan ini takkan mempengaruhi keseluruhan unit. Jadi tinggal diganti saja bagian yang rusak, dan inkubator bisa kembali digunakan. Dan setelah si bayi tak membutuhkan inkubator lagi, alat ini bisa dikempeskan dan lembaran plastik itu tinggal disterilkan dan dipindahkan ke tempat lain atau dipakai oleh bayi lain, di tempat yang berbeda.

"Biasanya kan inkubator itu makan tempat, dan Anda harus menenteng-nenteng kotak besar itu. Biaya pemindahannya juga pastilah mahal. Tapi yang ini bisa ditaruh di mana saja," paparnya.

Tak sia-sia, alat ciptaan Roberts tersebut berhak menyabet penghargaan bergengsi untuk penemuan terbaru di Inggris, James Dyson Award 2014. Kebetulan Roberts sedang butuh investor dan rekanan untuk mewujudkan purwarupa inkubator tersebut menjadi produk yang benar-benar bisa dipasarkan.

Ia juga mengantongi hadiah uang sebesar 71.000 dollar AS (sekitar Rp 865 juta) yang nantinya akan dipakai untuk mengembangkan inkubator ciptaannya. Pria asal London ini mengaku ingin produknya segera dipasarkan pada tahun 2017 dengan kisaran harga 250 poundsterling (sekitar Rp 4,8 juta).

Related Posts:

0 Response to "Dari Tugas Kuliah, Pria Ini Buat Inkubator yang Bisa Dilipat"